KONSEP ILMU USHUL FIQIH DAN FIQIH
MENGANALISIS KONSEP ILMU USHUL FIQIH DAN FIQIH
Konsep Ushul Fikih dan Fikih adalah dua disiplin ilmu yang saling terkait erat dalam studi hukum Islam, di mana Ushul Fikih berfungsi sebagai fondasi metodologis bagi Fikih.
Berikut adalah analisis komprehensif mengenai konsep Fikih dan Ushul Fikih :
1. Konsep Fikih
Secara bahasa, kata “fikih” berasal dari kata kerja dasar bahasa Arab فقها -يفقه -فقه yang berarti memahami secara mendalam, mengerti, dan ahli.
Secara istilah, Fikih didefinisikan sebagai kumpulan (ketetapan) hukum syara’ yang berkenaan dengan perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci. Ketetapan hukum ini bisa ditetapkan langsung oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, atau ditetapkan oleh para ahli fikih (mujtahid) dari masa ke masa.
Objek Pembahasan Ilmu Fikih Objek utama pembahasan Fikih adalah perbuatan mukallaf (orang yang dibebani hukum) dan nilai-nilai hukum yang berkaitan erat dengan perbuatan tersebut. Ketentuan hukum syara’ yang dibahas terkait dengan perbuatan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi tidak mencakup persoalan yang berhubungan dengan aqidah.
Berbagai aspek kehidupan mukallaf yang dicakup dalam Fikih meliputi:
- Ibadah: Menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT., seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
- Mu’amalah: Terkait dengan interaksi sesama manusia, seperti hal-hal yang berkaitan dengan harta, jual-beli, sewa menyewa, dan titipan.
- ‘Uqubah (Jinayah): Berkaitan dengan tindak pidana dan kejahatan serta sanksi-sanksinya, seperti pembunuhan atau pencurian.
Tujuan Mempelajari Fikih Tujuan mempelajari fikih terkait dengan penerapan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan atau perkataan seseorang. Fikih berfungsi sebagai rujukan bagi para hakim dalam menetapkan dan memutuskan hukum. Selain itu, mempelajari fikih membantu manusia mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, yang merupakan kebutuhan manusia agar tercipta kemaslahatan dalam hidup baik di dunia maupun di akhirat.
2. Konsep Ushul Fikih
Frasa “Ushul Fikih” terdiri dari dua suku kata:
- Ushul (األصول): Bentuk jamak dari al-ashl (األصل), yang berarti sesuatu yang menjadi dasar atau landasan bagi lainnya.
- Fikih (الفقه): Berarti paham atau mengerti secara mendalam.
Secara istilah, Ushul Fikih adalah kaidah-kaidah kulliyyah (universal rules) yang digunakan oleh seorang mujtahid untuk memahami nash al-kitab dan al-sunnah. Menurut Muhammad al-Syaukani, fungsi utamanya adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dapat digunakan sebagai alat untuk menggali (istimbath) hukum-hukum furu’ (cabang) dari dalil-dalilnya yang rinci dan jelas.
Fungsi dan Metodologi Ushul fikih merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk memahami nash Al-Qur’an dan As-Sunnah guna menghasilkan hukum-hukum syara’. Ia berfungsi sebagai metodologi atau teori yang tidak hanya untuk memahami hukum syara’ saja, tetapi juga untuk menetapkan dan menghasilkan hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah (fikih).
Objek Pembahasan Ilmu Ushul Fikih Objek pembahasan Ushul Fikih adalah syari’at yang bersifat kulli (universal) atau yang menyangkut dalil-dalil hukum.
Kajian dalil-dalil ini meliputi dua jenis:
- Dalil Hukum Nash: Terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, mencakup karakteristik lafazd nash dari segi bentuknya, cakupan maknanya, dilalah-nya (penunjukannya), jelas dan tidak jelasnya, serta segi penggunaannya.
- Dalil-dalil Ijtihadiyah: Dalil yang dirumuskan berdasarkan ijtihad ulama, seperti Al-Ijmak, Al-Qiyas, Al-Istihsan, Al-Maslahah Mursalah, Al-Istishab, Sadzudz Dzari’ah, Al-‘Urf, Syar’u Man Qablana, dan Mazhab Sahabi.
Tujuan Mempelajari Ushul Fikih Tujuan utama mempelajari ushul fikih adalah untuk memahami fikih (hukum Islam) secara menyeluruh. Dengan mempelajarinya, seorang muslim akan sampai pada pemahaman tentang seluk-beluk dan proses penetapan hukum dan dalil-dalil yang melandasinya. Selain itu, Ushul Fikih bermanfaat agar seseorang mampu:
- Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan oleh para fuqaha’ atau mujtahid dalam istimbath hukum syara’.
- Memperoleh kemampuan melakukan istinbath hukum dari dalil-dalilnya, terutama bagi mujtahid.
- Mampu mentarjih dan mentakhrij pendapat para ulama terdahulu.
- Mampu menerapkan kaidah-kaidah ushul fikih dalam menghadapi dan menjawab kasus-kasus baru yang tidak ditemukan dalilnya dalam nash secara tekstual.
3. Hubungan Konseptual Fikih dan Ushul Fikih
Ushul fikih dan Fikih memiliki hubungan mendasar, di mana Fikih merupakan cabang (furu’) dari ilmu Ushul Fikih. Ushul fikih merupakan prasyarat untuk dapat memahami fikih secara lebih mendalam.
Hubungan ini dapat dianalogikan seperti sebuah pohon:
- Akar diibaratkan sebagai Al-Qur’an, Al-Sunnah, ilmu nahwu, ilmu shorof, ilmu tafsir, ilmu hadits, dan lain-lain.
- Batang (pokok) dari pohon itu diibaratkan sebagai Ushul Fikih (metodologi).
- Ranting (cabang) dari pohon itu diibaratkan sebagai Fikih (hasil hukum).
Singkatnya, Ushul Fikih adalah metodologi untuk menghasilkan hukum, sedangkan Fikih adalah hasil atau produk hukum yang mengatur perbuatan manusia.
Tidak ada komentar